Rhapsody in Blue

Maro˚✧
7 min readDec 31, 2022

CW: mention and consumption of alcoholic drinks

FOUR PAIRS OF EYES EXCHANGED GLANCES AT EACH OTHER ALTERNATELY. NEITHER OF THEM EXPECT THE DAY THAT THE FOUR OF THEM WOULD SIT IN THE SAME ROOM. THE TWO WHO HAD JUST STOP HOLDING FROM THEIR PAST AND THE TWO WHO HOLD A RATHER DIFFERENT STORIES. WOULD THEY BE ABLE TO SPEND THIS UNPREDICTABLE NIGHT TOGETHER?

“Olla! I misssss you so much!” Begitu pintu terbuka dan membiarkan kedua sejoli itu masuk, gadis mungil berambut pendek tersebut tidak perlu berpikir lama untuk langsung berlari ke pelukan gadis yang namanya ia serukan itu secara heboh sampai-sampai barang-barang yang dibawa Ollaine terjatuh begitu saja. “Sumpah I didn’t expect that you would come too— eh kamu tambah tinggi nggak, sih…”

Yang dipeluk hanya bisa terkekeh. “It’s just the heels and I miss you a lot too, Hanna!”

Keduanya berpelukan layaknya seorang majikan yang habis meninggalkan anjingnya untuk berlibur berbulan-bulan. On the other hand, the guys beside them started to share some glances while squating on the floor, picking up the stuff that fell from Ollaine’s hands a while before.

“Gua aja yang ditinggal dua bulan kagak dipeluk, Kal,” cibir lelaki dengan surai hitamnya yang kini panjangnya terlihat sedikit melewati kuping, Jonah, dengan tangannya sibuk memunguti barang bawaan Ollaine.

Yang diajak omong hanya menyeringai dan kemudian merentangkan tangannya. “Sini?”

Jonah mendecih dan langsung berdiri. “Target marketting gua bukan elu.”

Terlihat ekspresi kecewa dari wajah Raskal. “Yaelah bang,” candanya.

Setelah momen mengharukan — yang tidak perlu dijelaskan lebih detail lagi — Hanna dan Raskal mempersilahkan Jonah dan Ollaine masuk.

Ketika melangkahkan kakinya ke ruang tengah, netra Ollaine kerap beberapa kali melirik-melirik ke tiap sudut apartemen Hanna dan Raskal (Hanna lebih tepatnya). Jonah, di sisi lain, langsung merebahkan badannya di atas sofa merah di ruang tengah seperti berada di rumahnya sendiri. Tapi memang semasa kuliah tidak jarang lelaki ini bersinggah hanya sekedar untuk meminta minum, meminjam toilet, hingga bermalam pasca minum di sebuah club atau bar yang tentunya atas persetujuan kedua pihak dan pantauan dari Raskal. Yaa, bisa dibilang udah jadi basecamp yang bukan hanya Jonah saja yang sering menempati. MUKIDI dan Mommy issues pun beberapa kali berkunjung untuk bermain.

“Awalnya kita mau barbeque-an tapi kita nggak punya grillannya, jadi mungkin di teflon aja kali ya,” ujar Hanna yang sedang mengobrak-abrik dapur mencari teflon. “ Eh, mana, sih anjrit?!”

Raskal dengan heroiknya langsung berjalan menghampiri Hanna dan langsung membuka laci nomor dua dari sebelah kiri dan mengeluarkan teflon dengan penuh bangga dan memberikannya kepada gadis itu.

Hanna menerima teflon itu malas. “Nggak usah sok keren.”

Kini lagi-lagi terlihat ekspresi kecewa di wajah Raskal. Entah kenapa orang-orang hari ini tidak terlalu menghargai aksi kecilnya, namun Raskal tidak berlarut dan hanya berjalan gontai ke arah ruang tengah, ikut merebahkan dirinya di sebelah Jonah.

“Eh, Han, just remembered we brought sate on the way here soalnya kata Jonah dia udah expect kalian nggak bakal prepare. Jadi nggak usah repot-repot,” seru Ollaine yang kini juga sudah terduduk manis di sofa.

“DIH, APAAN MAKSUD LO, JON?!” balas Hanna berseru dari arah dapur.

I’m sorry, Han, Kal. Just spitting assumption which turned out to be a fact.” Kini Jonah yang menyahut sambil melirik Raskal di sebelahnya meledek.

Raskal menyengir. “Keluarin, Na!” sahutnya.

Yang diperintah hanya dengan semangat mengobrak-abrik kembali dapur sambil berseru heboh. “Oke, Bos!!”

Jonah dan Ollaine bertukar pandang selagi menunggu kejutan apa yang akan dikeluarkan oleh pasangan yang dikenal tidak jelas ini.

Tidak perlu lama Hanna berjalan ke ruang tengah menghampiri tiga orang yang sudah berkumpul di situ sembari membawa piring lebar berisikan jagung bakar yang masih hangat-hangatnya yang membuat kedua tamu ternganga seketika. “KITA ADA JAGUNG BAKAR!!! Sama just incase kalian nanti minum, gue sama Raskal akan minum bandrek homemade ala-ala made by Raskal.”

Tawa Jonah menggelegar seketika, “belajar dari mana lu buat bandrek anjing?!”

“Gue belajar sama abang-abang angkringan. Keren, kan?” ujar Raskal sombong.

Can I try that bandrek drink too nanti? I never tried that one kayaknya. Iya nggak, sih, Raph?” Ollaine terlihat antusias. Pasalnya memang selama datang ke Indonesia, belum banyak yang dia eksplor dari negara ini, terlebih lagi makanannya. But not to mention she has lived here for almost a year by now.

“Oh, ya udah, kamu nggak usah minum. Bandrek enak kok, anget juga di badan. Aku aja yang minum udah,” usul Jonah yang hanya dibalas tatapan tajam dari Ollaine dan Jonah kembali membalasnya dengan tatapan meledek. Just them arguing with their eyes.

It’s not new for Raskal and Hanna to witness this couple arguing, but it’s totally new for them to witness Jonah’s weird behavior towards Ollaine. Mungkin dari pada ke jijik, justru merinding, ya? Raskal juga pernah bilang bahwa Jonah benar-benar berubah 180 derajat kalau bersama ceweknya, dan Hanna menyetujuin statement itu, dan melihat Jonah being head over heals is no longer her thing to have a finger in the pie, alias bukan urusannya. Jonah can be clingy and mature at the same time, but to Ollaine it’s just Jonah being Jonah, and not less.

Ollaine has also been quite adapting to the new environment, and adapted pretty quick t to Jonah’s social life. Which made a lot of his companions jealous of him for getting a low profiled chick, they may say. Tetapi untuk Jonah, mungkin hal ini memang patut disombongkan. Siapa yang sangka bahwa ia akan benar-benar memacari gadis yang ia kenal kurang dari sebulan di Leiden, terlepas dari banyak sekali hal yang harus direlakan, tangisi, hingga memakan waktu yang cukup lama untuk sampai di titik ini.

Maka dari itu, dengan pencapaian temannya ini juga, Raskal tidak pernah khawatir lagi dengannya. Ia rasa cukup sampai sini saja perjalanannya membantu temannya itu untuk tetap waras setelah beberapa tahun ia lalui seperti menjaga anak lelaki baru puber yang ternyata berhasil juga menemukan cinta sejatinya. Agak lebay kalau dipikir-pikir, tapi berat juga bagi Raskal kalau apabila Jonah terus-terusan bermain cewek, kan?

Malam itu, walaupun hanya ditemani dengan sate dan jagung bakar, mereka tidak bosan sama sekali dan malah banyak sekali obrolan yang dibahas. Di sela-sela obrolan juga kadang dipenuhi dengan seruan umpatan Jonah yang mengisi ruangan ditambah dengan berbagai macam ceritanya tentang klien-kliennya. Juga Hanna juga tidak bisa berhenti mengoceh tentang betapa irinya dia dengan Ollaine karena sudah pernah bersinggah di Museum Van Gogh di Amsterdam. Tentunya juga dengan adanya Raskal yang tidak berhenti melontarkan guyonan aneh dan selalu berhasil membuat yang lain tertawa.

Neither any of them had imagine themselves sitting comfortably with each other, telling stories, and joking around in the middle of the fireworks noises outside the apartment because the clock had just turned to 00:00, yang menandakan tahun sudah berganti. Keempatnya bersulang dengan minumannya masing-masing sambil menyerukan “Happy new year!”.

Dan kini Jonah sudah menghabiskan beberapa gelas Bacardi Limón yang dibawanya sedangkan Raskal, Hanna, dan Ollaine hanya meminum bandrek yang dibanggakan Raskal itu.

“Tau nggak sih, La, tadinya malah Raskal mau buat sekoteng tau,” ujar Hanna sambil menyeruput bandrek.

“Kamu serius!?” Ollaine hampir tersedak bandreknya. “Lucu banget, Raskal!! Mungkin next time kali, ya? Anyway this bandrek is weird though, weirdly.. tasty? I’ve never tried drink like this before.”

Lagi-lagi, lelaki dengan poni belah tengahnya itu kembali nyengir memasang wajah sombongnya yang lalu dengan cepat digeplak oleh Jonah di sebelahnya. “Nggak usah begitu muka lu.”

Ekspresi Raskal luntur begitu saja. Hanna hanya bisa tertawa terbahak-bahak.

“Anak zaman sekarang sok sokan minum, kalo zaman saya dulu mah minumnya real good,” celetuk Raskal dengan gimmicknya yang entah sudah berapa kali malam ini.

“Lucu lu, cobain sendiri, nih,” tawar Jonah menyodorkan gelasnya.

“Mohon maaf, Nak. Saya udah tobat.”

“Lu aja nggak pernah minum, Tot??”

Selama kedua lelaki itu berargumen (walaupun yang satunya bergimmick), Hanna dan Ollaine terlarut ke dalam pembicaraan mereka sendiri. Hanna sendiri suka menceritakan bagaimana Jonah pada waktu SMP dulu pernah dipeloroti celananya, dijemur di lapangan, sampai ke pada titik dimana cerita hubungannya dan Jonah disebut lagi.

“Han, can I ask you one question?”

Hanna berhenti menyeruput minumannya. “Totalnya kamu malem ini udah nanya lebih dari satu, sih, La. Tapi apa???”

Ollaine tertawa. “Okay, my bad. But, did you know the actual reason he broke up with you?”

“Tau…kenapa?” Hanna tertegun. “Jujur, kalau aku tau dari awal mah, I might took his break up statement as a joke, La. Tapi waktu itu emang hubungan kita udah nggak bisa ditolong lagi, even if he did not pull that jerk act we would still ended up separate ways.”

Why?” Ollaine memiringkan kepalanya penasaran.

“Karena we were just kids,” tegas Hanna. “Cinta monyet. We were too stupid to be in love. But you on the other hand, he found his ways to you.

Ollaine terkekeh. “Can I correct that sentence?” tanyanya.

Hanna mengangguk, “Sure.”

“To me, it’s more like, I found him,” ujar Ollaine. Ia menjeda beberapa saat, berpikir. “In the middle of Leiden’s crowd that day, he helped me from a stalker who had been bothering me for weeks. I kept on thinking about him that day,” lanjutnya.

“I forgot to say my thanks but suddenly a direct message popped out of no where and turned out to be him. Pretty funny, isn’t it? Mungkin Raphael nggak inget ini, sih, jadi kamu diem-diem aja, ya?” ungkap Ollaine dengan senyum jahil.

Hanna ternganga, ia terpukau dengan apa yang barusan ia dengar. “OLLAINE KAMU LUCU BANGET???” serunya kencang.

Melihat Ollaine dan Hanna tertawa gemas sendiri, fokus para laki-laki jadi teralihkan dan penasaran dengan apa yang dibahas.

“Ada apaan, sih?” tanya Jonah. “Ajak-ajak, dong. Masa gua jadi pacaran sama Raskal?”

“NGGAK BOLEH!!!” seru Hanna dan Ollaine bersamaan. Yang ditujukan hanya kicep sendiri.

“Sekarang lu bersyukur dikit, kan, ada gue?” tanya Raskal meraih pundak Jonah dengan ekspresi bangga.

Jonah hanya bisa mendecak. “Bacot!”

END

--

--